Minggu, 20 Januari 2013

Etnis Pembentuk Heterogenitas Demografi Samarinda: Jawa

Suku Jawa sudah mulai bermukim di wilayah Samarinda sejak tahun 1910-an karena dibawa oleh penjajah Belanda untuk dijadikan pekerja pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan oleh Belanda. Pada tahun 1917, diadakan musyawarah antara Masbe Mangun Wirono selaku sesepuh dan pendiri, dengan pihak kontroler Hindia Belanda, membicarakan seputar masalah keadaan cadangan pertanian. Musyawarah dimaksudkan untuk membuka ladang pertanian yang dikhususkan bagi suku Jawa. Oleh Belanda saat itu, akhirnya disepakati, sehingga menyebarlah sejumlah penduduk dengan mayoritas dari suku Jawa, dan sebagian kecil suku Bugis, di daerah yang kemudian disebut Kampung Jawa.

Sejak berdirinya, perkampungan Jawa berada di bawah kuasa wilayah kepala kampung Teluk Lerong, maka para pemuda dan masyarakat Kampung Jawa mengadakan musyawarah dengan tujuan akan memohon kepada kontroler Hindia Belanda, agar perkampungan Jawa dapat berdiri sendiri, dan memiliki kepala kampung sendiri. Pada tahun itu pula disetujui oleh kontroler Hindia Belanda. Maka diadakan pemilihan kepala kampung, dan terpilih Naiman sebagai Kepala Kampung Jawa pertama.

Pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, banyak transmigran asal Jawa yang dikirimkan ke Kalimantan, termasuk ke Samarinda, utamanya di daerah Samarinda Seberang dan Samarinda Utara sejak awal tahun 1980 dengan menempati lahan di kawasan Lempake. Tidak heran, banyak daerah bernuansa Jawa di kawasan tersebut, seperti contoh Kebon Agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang di blog Forum Peduli Kota Samarinda! (FPKS) Kirimkan pertanyaan dan saran Anda di pedulikotasamarinda@gmail.com (FPKS) Sesosok mayat mengambang di tepi Sungai Karang Mumus Jl. AM Sangaji Gang 9 pada Minggu (27/3) pagi (FPKS) 27 rumah hangus terbakar di Jl. Cipto Mangunkusumo RT 12 Kel. Harapan Baru, Loa Janan Ilir (27/3) pada pukul 02.00 WITA (FPKS) Angin kencang memporak-porandakan Samarinda pada Sabtu (26/3) siang